Sabtu, 19 Mei 2018

Pengalaman Pasang Kawat Gigi/Behel. Tukang Gigi/ Dokter gigi/ Orthodonthist?

Hallo!
Aku bakal nyeritain tentang pengalaman aku pasang kawat gigi atau bahasa trendnya 'behel' di dokter gigi.
Jadi, saat udah lulus SMP aku udah ada niat buat pasang behel. Selama liburan kelulusan itu lah aku mulai mencari informasi seputar behel di internet, seperti biaya, prosedur, tempat, dll. 
Aku berdomisili di Cimahi, awalnya aku berniat pasang kawat gigi di daerah buah batu, lumayan jauh dari rumah aku. Lumayan juga harganya, hehe. Aku bilang ke ortu, mereka akhirnya agak ragu (I think karena biaya dan jarak yg cukup jauh). Akhirnya, aku mencari tempat pasang behel terdekat dari rumah. Suatu ketika ada tetangga yg datang ke rumah berniat mau beli sesuatu (kami buka toko kecil-kecilan), dan dia sedang memakai behel. Karena penasaran, aku akhirnya nanya pasang behel dimana. Dia merekomendasikan untuk pasang behel di dokter gigi. Karena saran itulah, keesokan harinya aku datang ke tempat praktek dokter tersebut. Dokternya ramah, ruangan tunggunya juga nyaman, dan ber-AC, dan antriannya gak terlalu panjang. Pas giliran aku konsul, aku nanya tentang jenis-jenis behel yg ada dan prosedur pemasangannya. 

Dokter ini menjelaskan ada 2 jenis behel yg mereka sediakan, yaitu behel dengan karet China dan USA (Aku sempat bingung kenapa gak ada behel diamond, metal, dll. Tapi mungkin di setiap tempat berbeda). Taulah, kalo karet China berasal dari China (seperti karet yg sering dipakai) dan USA berasal dari USA (yg aku tau kaya power chain atau memang power chain.-.). Akhirnya aku memilih memakai behel dengan karet China yang harganya lebih murah. Awalnya kaget dengan harganya karena jauh lebih murah dari prakiraan yg aku dapet dari internet, lalu dokternya menjelaskan kalo di setiap tempat emang beda-beda harganya. *di kemudian hari aku baru tau, ternyata harga pasang behel di dokter gigi non spesialis dan dokter gigi spesialis ortho itu beda jauh.
Aku akhirnya pasang behel atas bawah. Tahap-tahap yg aku lalui saat pasang behel yaitu :
1.       Rontgen gigi
Saat udah fix mau pasang behel dan udah kasih uang dp, dokter akan menyuruh kita merontgen gigi di tempat yg disarankan oleh dokternya. Waktu itu aku rontgen di Klinik PRAMITA lab. Harga rontgen nya berkisar 150rb an di tahun 2015 *gak tau kalo sekarang. 
2.       Cetak gigi
Aku lupa mana tahap yg duluan antara cetak gigi atau rongten gigi. Tapi yg jelas 2 tahap ini masih tahap awal. Dokter mencetak gigi kita supaya dia bisa lebih mudah memutuskan mau diapakan gigi ini.
3.       Cabut gigi
Saat dokter udah melihat kondisi gigi kita lewat hasil rontgen, dia memprakirakan gigi mana yg mesti dicabut agar memberi tempat gigi lain untuk mundur/merapihkan diri. Oiya, waktu dulu kondisi gigi aku lumayan maju dan gigi bawah aku ada yg gingsul. Akhirnya, dokter memutuskan untuk mencabut satu gigi bawah aku sebelum geraham, agar yg gingsul bisa sejajar dengan yang lainnya.
4.      Pasang behel
Setelah melalui 3 tahap tersebut, akhirnya dokter memasangkan behel di gigiku setelah sekitar 1 minggu aku datang ke tempat prakteknya. Awalnya aku pikir aku dateng dan langsung di behel, tapi ternyata nggak ada yg bener2 instan, semuanya pasti butuh waktu.


How about control?
Pertama pasang behel, dokter menawarkan aku mau kontrol yang 3 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Karena ingin hemat biaya dan waktu, aku akhirnya memilih kontrol 1 bulan sekali. Pas kita kontrol, dokter akan mengganti karet-karet pengikat behel dan kawat kita.

Awal-awal pakai behel 
Dari pengalaman-pengalaman yg aku baca di internet, banyak yg bilang pertama pasang behel itu sakit, linu, sampe cuma bisa makan makanan yg lunak2 kaya bubur. Tapi pas aku ngerasain sendiri, aku nggak ngerasain sakit. paling cuma berasa ketarik aja. Dan saat aku di kasih bubur, yg aku makan kerupuknya dan buburnya aku gak begitu doyan waktu itu *hadeuh. Aku juga masih sempat makan lanting yg keras *hm jangan di contoh. Karena baru make behel, berasa pas tidur kaya ada yg ngeganjel gitu (ykwim para pengguna behel). Kalo sariawan, aku jarang banget sariawan, kecuali kalo gigi ada yg mulai geser dan kawat belakang mulai memanjang, itu nyeri sist *kaya nusuk-nusuk gitu. Kalo udah gini pertanda harus cepet2 kontrol.
Beberapa bulan setelah make behel, gigi bawah aku banyak mengalami pergeseran sehingga gigi gingsulku mulai membariskan diri dengan rapih bersama pasukannya. Ternyata progressnya sangat cepat menurut aku. Tapi gigi atas gak ada perubahan yg signifikan (karena tidak ada yg dicabut mungkin) sehingga masih tetap maju.

Tahun pertama pakai behel
Gigi atas aku masih pada posisinya, dan gigi bawah aku udah rapih, cuma masih ada space dikit bekas yg dicabut. Dokter bilang emang wajar ada space gitu. Oiya, behel atas maupun bawah aku suka banyak yg copot, mungkin karena aku makan yg keras-keras terus. Di tahun pertama ini, aku paling males kontrol, aku kontrol paling lama 2 bulan sekali dan paling cepet 1 bulan lebih berapa minggu sekali. Alhasil gigi aku tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Tahun kedua
Aku mulai menghindari makanan keras, tapi behel yg bawah banyak banget yg copot, akhirnya masalahnya di temukan. Behel bawah aku nabrak sama gigi atas, makannya copot terus. Dokter akhirnya memutuskan untuk menyisakan 4 behel saja di gigi depan bawahku. Gigi atas masih sama, tidak ada perubahan *hm. Akhirnya aku memutuskan untuk konsul dengan tempat pemasangan behel yg lain. Aku dateng ke tukang gigi, dan aku cerita, gigi atas aku belum ada perubahan setelah 2 tahun pasang behel. Tukang gigi pun akhirnya menawarkan untuk mencabut kedua gigi taring aku, aku agak ragu, dan akhirnya aku memilih untuk memikirkannya lagi. Beberapa hari setelah itu aku searching tentang pencabutan gigi taring, dan banyak yg mengatakan kalo gigi taring itu tidak boleh dicabut ‘karena sangat diperlukan untuk membentuk sudut lengkung rahang dan membuat muka terlihat simetris dan wajah tidak cekung jika dilihat dari samping. Bila gigi taring dicabut, lengkung rahang dan wajah menjadi tidak simetris.’ (sumber https://meetdoctor.com/question/apa-bahaya-jika-mencabut-gigi-taring-bagian-atas). 
Akhirnya aku memutuskan untuk ke dokter gigi lagi, dan meminta gigiku agar dicabut agar ada perubahan. Dokter memberikan 2 option, pertama mencabut satu gigiku dan nantinya gigiku akan miring dan kedua mencabut dua gigi di kanan dan kiri tapi ada kemungkinan renggang. Karena takut makanan banyak yg nyelip kalo gigiku renggang, akhirnya aku memilih option pertama.

Tahun ketiga
4 behel di gigi bawahku masih setia dan gigi atasku mulai mengalami perubahan/kemunduran dan agak miring. Space bekas dicabut masih terlihat ompong (seperti gigi bawah) dan saat kontrol aku tanya ke dokter apa gigiku bisa di apatkan, agar tidak ada makanan yg nyelip. Dokter bilang gigiku sudah mentok. Karena kurang puas dengan jawaban itu, akhirnya aku datang ke dokter gigi non spesialis lain. Di dokter lain itu, statement nya masih sama. Aku pun akhirnya pasrah dengan kondisi gigi yg sudah seperti ini.
Pas buka youtube, aku nonton video ttg pengalaman seorang vlogger memasang behel di orthodondist. Hasilnya rapih dan gak ada space/ruang yang tersisa. Aku akhirnya mencari perbedaan dokter gigi biasa dan orthodontist.
Jadi, dari research aku, ‘Dokter Gigi Spesialis Ortodonti mendalami ilmu spesialisnya selama kurang lebih 4 tahun, dibandingkan dengan Dokter Gigi umum yang hanya mempelajari pemasangan ortodonti cekat selama beberapa saat saja. Sebenarnya, kewenangan dan sanksi mengenai Dokter Gigi umum yang melakukan pemasangan kawat gigi sudah diatur dalam undang-undang. Kewenangan Dokter Gigi umum dalam melakukan perawatan kawat gigi cekat adalah untuk kasus-kasus kelainan susunan gigi yang sederhana. Tetapi, kenyataannya masih banyak teman sejawat yang masih melakukannya melewati kewenangannya. Tentu saja, permasalahan hal ini masih terus dibahas oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) dan pihak terkait lainnya.’
(sumber : https://lifestyle.kompas.com/read/2013/06/21/0929276/Kecewa.Pasang.Behel.di.Dokter.Gigi.Biasa.)
gg
Dari situ aku agak menyesal karena tidak benar-benar mencari informasi yg akurat sejak awal. Tapi lha wong nasi sudah jadi bubur, ya mau gimana lagi. Sebatas penasaran, aku pun iseng mencari spesialis ortho di daerah Bandung lewat instagram. Aku membuat janji konsul dengan dokter ortho tsb, dokternya ramah, tempatnya nyaman meskipun tidak sebesar tempat dokter tempat aku memasang behel.
Aku pun cerita tentang pengalaman aku memakai behel selama 3 tahun, dan dokter tersebut bertanya kenapa yang di cabut hanya sebelah-sebelah. Aku menjelaskan sesuai penjelasan yg aku dapat. Dan dokter ortho memberikan solusi untuk memasang kawat baru. Karena biayanya yg cukup wegelaseh buat aku, aku akhirnya mengurungkan niat untuk ganti perawatan (toh awalnya juga iseng).
Akhirnya di tahun ke tiga aku lepas behel di tempat aku pasang behel. Biaya lepasnya 75rb, dan biaya bikin retainer atas 300rb, jadi total 375rb. Tahapan lepas behel :
1.      Dateng ke tempat prakteknya *yeiyala
2.      Melepas bracket nya
3.      Menghilangkan lem bracket 
4.      Pencetakan retainer
Seperti biasa, tidak ada yg benar2 instan, maka setelah behel dicopot harus menunggu 1 minggu untuk pembuatan retainernya. Dokter menawarkanku 2 pilihan retainer, yaitu : (sumber : http://www.shinysmiledentalclinic.com/kenapa-harus-retainers/)
1.       Hawley retainer 

Retainer jenis paling lawas, bentuknya mengelilingi gigi, depannya kawat dan bagian belakangnya terbuat dari plastic transparan.
Image result for hawley retainer



2.      Clear retainer

Nah, ini “menyarungi gigi”, warnanya transparan, jadi ngga kelihatan kalau kita pakai, tapi warnanya cenderung akan berubah. Kelebihannya tidak terlihat sama sekali dan tidak ada plat akrilik di langit- langit mulut. Kekurangannya adalah dapat menjadi aus seiring berjalannya waktu.Image result for clear retainer

Aku memutuskan untuk memakai hawley retainer karena dokter menyarankan dan dia bilang hawley retainer ini lebih kuat dalam membantu mempertahankan bentuk gigi.

Kenapa Retainer penting?
Ini alasannya …… Setelah lepas kawat gigi(behel) tulang rahang dan jaringan halus kemungkinan belum dapat menahan gigi, agar tidak berubah posisi anda harus menggunakan penahan gigi(retainer). Beberapa bulan pertama setelah kawat gigi dilepas adalah saat di mana gigi kemungkinan besar akan berpindah ke posisi lamanya. Supaya hal ini tidak terjadi, dokter gigi anda akan menyarankan agar anda menggunakan penahan gigi. Jika tidak, besar kemungkinan anda harus menggunakan kawat gigi lagi. Pada umumnya retainer dipakai 24 jam selama enam bulan pertama , kemudian di atas enam bulan saat malam saja . Pakai minimal 2 tahun. Lebih dari dua tahun jika tetap di pakai, lebih bagus lagi. Setelah beberapa tahun pemakaian dapat dikurangi menjadi beberapa malam saja dalam satu minggu. Namun jangan berhenti memakai retainer sama sekali karena gigi tidaklah statis. Dari waktu ke waktu gigi dapat bergerak, hal ini merupakan peristiwa yang wajar.
Dikhawatirkan gigi telah berubah posisinya hingga retainer sudah tidak fit lagi. Berapa lama Anda harus menggunakan penahan gigi akan ditentukan oleh dokter Anda. Biasanya, periode penggunaan penahan gigi akan sama dengan periode penggunaan kawat gigi, namun bisa juga lebih lama. Bahkan, beberapa pasien mungkin harus menggunakan penahan gigi seumur hidup mereka.’
(http://www.shinysmiledentalclinic.com/kenapa-harus-retainers/)

Yup, sekian tentang pengalaman memakai behel, dan ada beberapa tips buat kalian yg ingin memakai behel :
1.      Pikirkan kenapa kamu mau di behel
Kalau gigi kamu udah rapih, sangat disarankan tidak menggunakan behel untuk gaya-gayaan saja. Karena bisa-bisa gigi kamu rusak, dan dompet jadi kerempeng atau mubazir. Oiya, aku pernah baca, sekali gigi di behel dan bergerak, maka gigi tidak akan sekokoh seperti sebelum di behel. 
"Adapun resiko jangka panjang dalam menggunakan behel gigi adalah gigi menjadi tidak kokoh. Gigi tidak kokoh akibat memendeknya akar gigi karena pergeseran gigi. Oleh karena itu rencana perawatan tidak boleh ceroboh harus dilakukan oleh dokter gigi yang berkompeten dalam bidang ortodonti." (sumber : http://dokterbehel.com/resiko-perawatan-behel-gigi/)
2.      Cari informasi sematang-matangnya
Seperti berapa harga pasang behel, prosedur dan tahapan, dll. Cari deh sampe bener-bener yakin.
3.      Pilih tempat pemasangan behel dengan bijak
Usahakan, jangan sampai memasang behel di tukang gigi karena seorang “ahli gigi” tidak memiliki kemampuan klinis yang terpadu dengan ilmu pengetahuan mengenai anatomi rongga mulut, kesehatan, serta ilmu pendukung lainnya. Bisa bahaya juga.
Kalo budget kamu tidak begitu besar, dan kasus gigi kamu sederhana, mungkin bisa saja memasang behel ke dokter gigi biasa. Tapi kalo kasus gigi kamu rumit atau menginginkan hasil yang maksimal, usahakan datang ke dokter gigi spesialis orthodonthist.

Saat pemakain kawat gigi, ada beberapa tips yg bisa aku berikan :
1.      Hindari makanan keras 
Behel sedang bekerja menggerakkan gigi, jadi kita jangan coba-coba mengganggu prosesnya.
2.      Rajin kontrol
Jangan menganggap remeh kontrol gigi. Semakin jarang kamu kontrol gigi, semakin lama pula pemakaian behelnya. 
3.      Sikat gigi dengan bersih
Jangan sampe ada makanan yg jadi flek di behel. nanti jadi tak sedap dipandang. Oiya, gunakan sikat gigi khusus yaa, agar menjangkau celah2 behel. Jangan pake sikat gigi sembarangan yg keras, bisa2 behel rontok atu atu *pengalaman.

Semoga pengalaman yg aku bagikan dapat bermanfaat :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yuk ! Yang sopan yaa:)