Hallo!
Aku bakal nyeritain tentang pengalaman aku pasang kawat gigi atau bahasa
trendnya 'behel' di dokter gigi.
Jadi, saat udah lulus SMP aku udah ada niat buat
pasang behel. Selama liburan kelulusan itu lah aku mulai mencari informasi
seputar behel di internet, seperti biaya, prosedur, tempat, dll.
Aku berdomisili di Cimahi, awalnya aku berniat
pasang kawat gigi di daerah buah batu, lumayan jauh dari rumah aku. Lumayan
juga harganya, hehe. Aku bilang ke ortu, mereka akhirnya agak ragu (I think
karena biaya dan jarak yg cukup jauh). Akhirnya, aku mencari tempat pasang
behel terdekat dari rumah. Suatu ketika ada tetangga yg datang ke rumah berniat
mau beli sesuatu (kami buka toko kecil-kecilan), dan dia sedang memakai behel.
Karena penasaran, aku akhirnya nanya pasang behel dimana. Dia merekomendasikan
untuk pasang behel di dokter gigi. Karena saran itulah, keesokan harinya aku
datang ke tempat praktek dokter tersebut. Dokternya ramah, ruangan tunggunya
juga nyaman, dan ber-AC, dan antriannya gak terlalu panjang. Pas giliran aku
konsul, aku nanya tentang jenis-jenis behel yg ada dan prosedur
pemasangannya.
Dokter ini menjelaskan ada 2 jenis behel yg mereka
sediakan, yaitu behel dengan karet China dan USA (Aku sempat bingung kenapa gak
ada behel diamond, metal, dll. Tapi mungkin di setiap tempat berbeda). Taulah,
kalo karet China berasal dari China (seperti karet yg sering dipakai) dan USA
berasal dari USA (yg aku tau kaya power chain atau memang power chain.-.).
Akhirnya aku memilih memakai behel dengan karet China yang harganya lebih
murah. Awalnya kaget dengan harganya karena jauh lebih murah dari prakiraan yg
aku dapet dari internet, lalu dokternya menjelaskan kalo di setiap tempat emang
beda-beda harganya. *di kemudian hari aku baru tau, ternyata harga pasang behel
di dokter gigi non spesialis dan dokter gigi spesialis ortho itu beda jauh.
Aku akhirnya pasang behel atas bawah. Tahap-tahap
yg aku lalui saat pasang behel yaitu :
1.
Rontgen
gigi
Saat udah fix mau pasang behel dan udah kasih uang
dp, dokter akan menyuruh kita merontgen gigi di tempat yg disarankan oleh
dokternya. Waktu itu aku rontgen di Klinik PRAMITA lab. Harga rontgen nya
berkisar 150rb an di tahun 2015 *gak tau kalo sekarang.
2.
Cetak gigi
Aku lupa mana tahap yg duluan antara cetak gigi atau
rongten gigi. Tapi yg jelas 2 tahap ini masih tahap awal. Dokter mencetak gigi
kita supaya dia bisa lebih mudah memutuskan mau diapakan gigi ini.
3.
Cabut gigi
Saat dokter udah melihat kondisi gigi kita lewat
hasil rontgen, dia memprakirakan gigi mana yg mesti dicabut agar memberi tempat
gigi lain untuk mundur/merapihkan diri. Oiya, waktu dulu kondisi gigi aku
lumayan maju dan gigi bawah aku ada yg gingsul. Akhirnya, dokter memutuskan
untuk mencabut satu gigi bawah aku sebelum geraham, agar yg gingsul bisa
sejajar dengan yang lainnya.
4.
Pasang behel
Setelah melalui 3 tahap tersebut, akhirnya dokter
memasangkan behel di gigiku setelah sekitar 1 minggu aku datang ke tempat
prakteknya. Awalnya aku pikir aku dateng dan langsung di behel, tapi ternyata
nggak ada yg bener2 instan, semuanya pasti butuh waktu.
How about control?
Pertama pasang behel, dokter menawarkan aku mau
kontrol yang 3 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Karena ingin hemat biaya dan
waktu, aku akhirnya memilih kontrol 1 bulan sekali. Pas kita kontrol, dokter
akan mengganti karet-karet pengikat behel dan kawat kita.
Awal-awal pakai behel
Dari pengalaman-pengalaman yg aku baca di internet,
banyak yg bilang pertama pasang behel itu sakit, linu, sampe cuma bisa makan
makanan yg lunak2 kaya bubur. Tapi pas aku ngerasain sendiri, aku nggak
ngerasain sakit. paling cuma berasa ketarik aja. Dan saat aku di kasih bubur,
yg aku makan kerupuknya dan buburnya aku gak begitu doyan waktu itu *hadeuh. Aku
juga masih sempat makan lanting yg keras *hm jangan di contoh. Karena baru make
behel, berasa pas tidur kaya ada yg ngeganjel gitu (ykwim para pengguna behel).
Kalo sariawan, aku jarang banget sariawan, kecuali kalo gigi ada yg mulai geser
dan kawat belakang mulai memanjang, itu nyeri sist *kaya nusuk-nusuk gitu. Kalo
udah gini pertanda harus cepet2 kontrol.
Beberapa bulan setelah make behel, gigi bawah aku
banyak mengalami pergeseran sehingga gigi gingsulku mulai membariskan diri
dengan rapih bersama pasukannya. Ternyata progressnya sangat cepat menurut aku.
Tapi gigi atas gak ada perubahan yg signifikan (karena tidak ada yg dicabut
mungkin) sehingga masih tetap maju.
Tahun pertama pakai behel
Gigi atas aku masih pada posisinya, dan gigi bawah
aku udah rapih, cuma masih ada space dikit bekas yg dicabut. Dokter bilang
emang wajar ada space gitu. Oiya, behel atas maupun bawah aku suka banyak yg
copot, mungkin karena aku makan yg keras-keras terus. Di tahun pertama ini, aku
paling males kontrol, aku kontrol paling lama 2 bulan sekali dan paling cepet 1
bulan lebih berapa minggu sekali. Alhasil gigi aku tidak mengalami perubahan
yang signifikan.
Tahun kedua
Aku mulai menghindari makanan keras, tapi behel yg
bawah banyak banget yg copot, akhirnya masalahnya di temukan. Behel bawah aku
nabrak sama gigi atas, makannya copot terus. Dokter akhirnya memutuskan untuk
menyisakan 4 behel saja di gigi depan bawahku. Gigi atas masih sama, tidak ada
perubahan *hm. Akhirnya aku memutuskan untuk konsul dengan tempat pemasangan behel
yg lain. Aku dateng ke tukang gigi, dan aku cerita, gigi atas aku belum ada
perubahan setelah 2 tahun pasang behel. Tukang gigi pun akhirnya menawarkan
untuk mencabut kedua gigi taring aku, aku agak ragu, dan akhirnya aku memilih
untuk memikirkannya lagi. Beberapa hari setelah itu aku searching tentang
pencabutan gigi taring, dan banyak yg mengatakan kalo gigi taring itu tidak
boleh dicabut ‘karena sangat diperlukan
untuk membentuk sudut lengkung rahang dan membuat muka terlihat simetris dan
wajah tidak cekung jika dilihat dari samping. Bila gigi taring dicabut,
lengkung rahang dan wajah menjadi tidak simetris.’ (sumber https://meetdoctor.com/question/apa-bahaya-jika-mencabut-gigi-taring-bagian-atas).
Akhirnya aku memutuskan untuk ke dokter gigi lagi, dan
meminta gigiku agar dicabut agar ada perubahan. Dokter memberikan 2 option,
pertama mencabut satu gigiku dan nantinya gigiku akan miring dan kedua mencabut
dua gigi di kanan dan kiri tapi ada kemungkinan renggang. Karena takut makanan
banyak yg nyelip kalo gigiku renggang, akhirnya aku memilih option pertama.
Tahun ketiga
4 behel di gigi bawahku masih setia dan gigi atasku
mulai mengalami perubahan/kemunduran dan agak miring. Space bekas dicabut masih
terlihat ompong (seperti gigi bawah) dan saat kontrol aku tanya ke dokter apa
gigiku bisa di apatkan, agar tidak ada makanan yg nyelip. Dokter bilang gigiku
sudah mentok. Karena kurang puas dengan jawaban itu, akhirnya aku datang ke
dokter gigi non spesialis lain. Di dokter lain itu, statement nya masih sama.
Aku pun akhirnya pasrah dengan kondisi gigi yg sudah seperti ini.
Pas buka youtube, aku nonton video ttg pengalaman seorang vlogger memasang
behel di orthodondist. Hasilnya rapih dan gak ada space/ruang yang tersisa. Aku
akhirnya mencari perbedaan dokter gigi biasa dan orthodontist.
Jadi, dari research aku, ‘Dokter Gigi
Spesialis Ortodonti mendalami ilmu spesialisnya selama kurang lebih 4 tahun,
dibandingkan dengan Dokter Gigi umum yang hanya mempelajari pemasangan
ortodonti cekat selama beberapa saat saja. Sebenarnya, kewenangan dan
sanksi mengenai Dokter Gigi umum yang melakukan pemasangan kawat gigi sudah
diatur dalam undang-undang. Kewenangan Dokter Gigi umum dalam melakukan
perawatan kawat gigi cekat adalah untuk kasus-kasus kelainan susunan gigi yang sederhana.
Tetapi, kenyataannya masih banyak teman sejawat yang masih melakukannya
melewati kewenangannya. Tentu saja, permasalahan hal ini masih terus dibahas
oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Ortodontis Indonesia
(IKORTI) dan pihak terkait lainnya.’ (sumber : https://lifestyle.kompas.com/read/2013/06/21/0929276/Kecewa.Pasang.Behel.di.Dokter.Gigi.Biasa.)
Dari situ aku agak menyesal karena tidak benar-benar
mencari informasi yg akurat sejak awal. Tapi lha wong nasi
sudah jadi bubur, ya mau gimana lagi. Sebatas penasaran, aku pun iseng mencari
spesialis ortho di daerah Bandung lewat instagram. Aku membuat janji konsul
dengan dokter ortho tsb, dokternya ramah, tempatnya nyaman meskipun tidak
sebesar tempat dokter tempat aku memasang behel.
Aku pun cerita tentang pengalaman aku memakai behel selama 3 tahun, dan dokter
tersebut bertanya kenapa yang di cabut hanya sebelah-sebelah. Aku menjelaskan
sesuai penjelasan yg aku dapat. Dan dokter ortho memberikan solusi untuk
memasang kawat baru. Karena biayanya yg cukup wegelaseh buat
aku, aku akhirnya mengurungkan niat untuk ganti perawatan (toh awalnya
juga iseng).
Akhirnya di tahun ke tiga aku lepas behel di tempat aku pasang behel. Biaya
lepasnya 75rb, dan biaya bikin retainer atas 300rb, jadi total 375rb. Tahapan
lepas behel :
1.
Dateng ke tempat prakteknya *yeiyala
2.
Melepas bracket nya
3.
Menghilangkan lem bracket
4.
Pencetakan retainer
Seperti biasa, tidak ada yg benar2
instan, maka setelah behel dicopot harus menunggu 1 minggu untuk pembuatan
retainernya. Dokter menawarkanku 2 pilihan retainer, yaitu : (sumber
: http://www.shinysmiledentalclinic.com/kenapa-harus-retainers/)
1.
Hawley retainer
Retainer jenis paling
lawas, bentuknya mengelilingi gigi, depannya kawat dan bagian belakangnya
terbuat dari plastic transparan.
2.
Clear retainer
Nah, ini “menyarungi
gigi”, warnanya transparan, jadi ngga kelihatan kalau kita pakai, tapi warnanya
cenderung akan berubah. Kelebihannya tidak terlihat sama sekali dan tidak ada
plat akrilik di langit- langit mulut. Kekurangannya adalah dapat menjadi aus
seiring berjalannya waktu.
Aku memutuskan untuk memakai hawley retainer karena dokter menyarankan dan dia
bilang hawley retainer ini lebih kuat dalam membantu mempertahankan bentuk
gigi.
Kenapa Retainer penting?
‘Ini alasannya …… Setelah lepas kawat gigi(behel)
tulang rahang dan jaringan halus kemungkinan belum dapat menahan gigi, agar
tidak berubah posisi anda harus menggunakan penahan gigi(retainer). Beberapa
bulan pertama setelah kawat gigi dilepas adalah saat di mana gigi kemungkinan
besar akan berpindah ke posisi lamanya. Supaya hal ini tidak terjadi, dokter
gigi anda akan menyarankan agar anda menggunakan penahan gigi. Jika tidak,
besar kemungkinan anda harus menggunakan kawat gigi lagi. Pada umumnya retainer
dipakai 24 jam selama enam bulan pertama , kemudian di atas enam bulan saat
malam saja . Pakai minimal 2 tahun. Lebih dari dua tahun jika tetap di pakai,
lebih bagus lagi. Setelah beberapa tahun pemakaian dapat dikurangi menjadi
beberapa malam saja dalam satu minggu. Namun jangan berhenti memakai retainer
sama sekali karena gigi tidaklah statis. Dari waktu ke waktu gigi dapat
bergerak, hal ini merupakan peristiwa yang wajar.
Dikhawatirkan gigi telah berubah posisinya hingga retainer sudah tidak fit
lagi. Berapa lama Anda harus menggunakan penahan gigi akan ditentukan oleh
dokter Anda. Biasanya, periode penggunaan penahan gigi akan sama dengan periode
penggunaan kawat gigi, namun bisa juga lebih lama. Bahkan, beberapa pasien
mungkin harus menggunakan penahan gigi seumur hidup mereka.’ (http://www.shinysmiledentalclinic.com/kenapa-harus-retainers/)
Yup, sekian tentang pengalaman memakai behel, dan ada beberapa tips buat kalian
yg ingin memakai behel :
1.
Pikirkan kenapa kamu mau di behel
Kalau gigi kamu udah rapih, sangat disarankan tidak menggunakan behel untuk
gaya-gayaan saja. Karena bisa-bisa gigi kamu rusak, dan dompet jadi kerempeng
atau mubazir. Oiya, aku pernah baca, sekali gigi di behel dan bergerak, maka
gigi tidak akan sekokoh seperti sebelum di behel. "Adapun resiko jangka
panjang dalam menggunakan behel gigi adalah gigi menjadi tidak kokoh. Gigi
tidak kokoh akibat memendeknya akar gigi karena pergeseran gigi. Oleh karena
itu rencana perawatan tidak boleh ceroboh harus dilakukan oleh dokter gigi yang
berkompeten dalam bidang ortodonti." (sumber : http://dokterbehel.com/resiko-perawatan-behel-gigi/)
2.
Cari informasi
sematang-matangnya
Seperti berapa harga pasang behel,
prosedur dan tahapan, dll. Cari deh sampe bener-bener yakin.
3.
Pilih tempat
pemasangan behel dengan bijak
Usahakan, jangan sampai memasang behel di tukang gigi karena seorang “ahli
gigi” tidak memiliki kemampuan klinis yang terpadu dengan ilmu pengetahuan
mengenai anatomi rongga mulut, kesehatan, serta ilmu pendukung lainnya. Bisa
bahaya juga.
Kalo budget kamu tidak begitu besar, dan kasus gigi kamu sederhana, mungkin
bisa saja memasang behel ke dokter gigi biasa. Tapi kalo kasus gigi kamu rumit
atau menginginkan hasil yang maksimal, usahakan datang ke dokter gigi spesialis
orthodonthist.
Saat
pemakain kawat gigi, ada beberapa tips yg bisa aku berikan :
1.
Hindari makanan
keras
Behel sedang bekerja menggerakkan gigi, jadi kita
jangan coba-coba mengganggu prosesnya.
2.
Rajin kontrol
Jangan menganggap remeh kontrol gigi. Semakin jarang kamu kontrol gigi, semakin
lama pula pemakaian behelnya.
3.
Sikat gigi dengan
bersih
Jangan sampe ada makanan yg jadi flek di behel.
nanti jadi tak sedap dipandang. Oiya, gunakan sikat gigi khusus yaa, agar
menjangkau celah2 behel. Jangan pake sikat gigi sembarangan yg keras, bisa2
behel rontok atu atu *pengalaman.
Semoga pengalaman yg aku bagikan dapat
bermanfaat :)
Aku bakal nyeritain tentang pengalaman aku pasang kawat gigi atau bahasa trendnya 'behel' di dokter gigi.
How about control?
Pas buka youtube, aku nonton video ttg pengalaman seorang vlogger memasang behel di orthodondist. Hasilnya rapih dan gak ada space/ruang yang tersisa. Aku akhirnya mencari perbedaan dokter gigi biasa dan orthodontist.
Jadi, dari research aku, ‘Dokter Gigi Spesialis Ortodonti mendalami ilmu spesialisnya selama kurang lebih 4 tahun, dibandingkan dengan Dokter Gigi umum yang hanya mempelajari pemasangan ortodonti cekat selama beberapa saat saja. Sebenarnya, kewenangan dan sanksi mengenai Dokter Gigi umum yang melakukan pemasangan kawat gigi sudah diatur dalam undang-undang. Kewenangan Dokter Gigi umum dalam melakukan perawatan kawat gigi cekat adalah untuk kasus-kasus kelainan susunan gigi yang sederhana. Tetapi, kenyataannya masih banyak teman sejawat yang masih melakukannya melewati kewenangannya. Tentu saja, permasalahan hal ini masih terus dibahas oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) dan pihak terkait lainnya.’ (sumber : https://lifestyle.kompas.com/read/2013/06/21/0929276/Kecewa.Pasang.Behel.di.Dokter.Gigi.Biasa.)
Aku pun cerita tentang pengalaman aku memakai behel selama 3 tahun, dan dokter tersebut bertanya kenapa yang di cabut hanya sebelah-sebelah. Aku menjelaskan sesuai penjelasan yg aku dapat. Dan dokter ortho memberikan solusi untuk memasang kawat baru. Karena biayanya yg cukup wegelaseh buat aku, aku akhirnya mengurungkan niat untuk ganti perawatan (toh awalnya juga iseng).
Akhirnya di tahun ke tiga aku lepas behel di tempat aku pasang behel. Biaya lepasnya 75rb, dan biaya bikin retainer atas 300rb, jadi total 375rb. Tahapan lepas behel :
Retainer jenis paling lawas, bentuknya mengelilingi gigi, depannya kawat dan bagian belakangnya terbuat dari plastic transparan.

2. Clear retainer
Nah, ini “menyarungi gigi”, warnanya transparan, jadi ngga kelihatan kalau kita pakai, tapi warnanya cenderung akan berubah. Kelebihannya tidak terlihat sama sekali dan tidak ada plat akrilik di langit- langit mulut. Kekurangannya adalah dapat menjadi aus seiring berjalannya waktu.

Aku memutuskan untuk memakai hawley retainer karena dokter menyarankan dan dia bilang hawley retainer ini lebih kuat dalam membantu mempertahankan bentuk gigi.
Kenapa Retainer penting?
Dikhawatirkan gigi telah berubah posisinya hingga retainer sudah tidak fit lagi. Berapa lama Anda harus menggunakan penahan gigi akan ditentukan oleh dokter Anda. Biasanya, periode penggunaan penahan gigi akan sama dengan periode penggunaan kawat gigi, namun bisa juga lebih lama. Bahkan, beberapa pasien mungkin harus menggunakan penahan gigi seumur hidup mereka.’ (http://www.shinysmiledentalclinic.com/kenapa-harus-retainers/)
Yup, sekian tentang pengalaman memakai behel, dan ada beberapa tips buat kalian yg ingin memakai behel :
Kalau gigi kamu udah rapih, sangat disarankan tidak menggunakan behel untuk gaya-gayaan saja. Karena bisa-bisa gigi kamu rusak, dan dompet jadi kerempeng atau mubazir. Oiya, aku pernah baca, sekali gigi di behel dan bergerak, maka gigi tidak akan sekokoh seperti sebelum di behel. "Adapun resiko jangka panjang dalam menggunakan behel gigi adalah gigi menjadi tidak kokoh. Gigi tidak kokoh akibat memendeknya akar gigi karena pergeseran gigi. Oleh karena itu rencana perawatan tidak boleh ceroboh harus dilakukan oleh dokter gigi yang berkompeten dalam bidang ortodonti." (sumber : http://dokterbehel.com/resiko-perawatan-behel-gigi/)
Usahakan, jangan sampai memasang behel di tukang gigi karena seorang “ahli gigi” tidak memiliki kemampuan klinis yang terpadu dengan ilmu pengetahuan mengenai anatomi rongga mulut, kesehatan, serta ilmu pendukung lainnya. Bisa bahaya juga.
Kalo budget kamu tidak begitu besar, dan kasus gigi kamu sederhana, mungkin bisa saja memasang behel ke dokter gigi biasa. Tapi kalo kasus gigi kamu rumit atau menginginkan hasil yang maksimal, usahakan datang ke dokter gigi spesialis orthodonthist.
Jangan menganggap remeh kontrol gigi. Semakin jarang kamu kontrol gigi, semakin lama pula pemakaian behelnya.